Thread Rating:
  • 0 Vote(s) - 0 Average
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
Perjalanan pada tanggal 6 bulan 6...
#9
Lanjutan TR...

Singkat kata, saya tiba di Stasiun Gambir pukul 08:25. Setelah membayar ongkos Bajaj, saya pun meluncur ke loket penjualan tiket KA Argo Parahyangan. Sayang, saya lagi-lagi gagal memperoleh tiket promosi Rp. 10.000,-. Akhirnya, saya pun harus merogoh kocek sebanyak Rp. 60.000,- untuk mendapatkan tiket KA 22, di gerbong Eksekutif 2, nomor tempat duduk 13 B.

Satu hal yang agak disayangkan juga, pelayanan pembelian tiket saat itu berjalan sangat lambat, entah karena masalah pada sistem ticketing atau masalah pada petugas penjual tiket, tapi proses transaksi berjalan lebih lambat dari biasanya.

Setelah mendapatkan tiket, saya pun masuk ke pintu utama menuju peron, di mana telah menunggu seorang petugas yang akan mengecek tiket para penumpang dan seorang PKD yang mengawasi tiap orang, baik penumpang maupun pengantar, yang masuk menuju peron stasiun.

Singkat kata, sambil menunggu kedatangan KA 19, yang rangkaiannya akan digunakan bagi para penumpang KA 22, saya naik ke peron jalur 1 & 2. Di jalur 1 tersedia rangkaian milik Sembrani, terlihat dari kode dipo rangkaian milik Dipo Kereta Jakarta-Kota (JAKK), kecuali gerbong Eksekutif dekat gerbong Barang yang adalah milik Dipo Kereta Yogyakarta (YK), dan gerbong Barang stripping cheetah yang ternyata milik Dipo Kereta Bandung (BD), nomor seri B 0 08 15. Hanya, untuk mengirit penggunaan memory kamera saya, saya tidak potret gerbong Barang tersebut, yang tidak biasanya dipakai rangkaian “milik” Sembrani.

Oh ya, kenapa saya beri tanda kutip pada kata “milik”? Ternyata, usut punya usut, hari itu rangkaian tersebut baru saja selesai berdinas sebagai Kereta Api Argo Dwipangga relasi Jakarta – Solo (Balapan). Hal ini terjadi akibat dampak dari kecelakaan Kereta Api Taksaka Malam relasi Yogyakarta (Tugu) – Jakarta pada malam Sabtu, 04 Juni 2011, di mana boogie gerbong Eksekutif 9 keluar dari rel dan menghambat perjalanan kereta api yang melewati Purwokerto, termasuk KA Argo Dwipangga. Untuk mengatasi keterlambatan pengangkutan penumpang KA Argo Dwipangga pada arah sebaliknya (Jakarta – Solo), maka rangkaian milik KA Ekspres Malam Sembrani (Jakarta – Surabaya), yang tidak terkena dampak PLH Taksaka, dipinjamkan untuk mengangkut penumpang KA Argo Dwipangga. Jika dibandingkan rangkaian Sembrani saat itu dengan rangkaian Argo Dwipangga, seakan-akan para penumpang Argo Dwipangga “turun kasta” karena menggunakan rangkaian Eksekutif Argo dan Satwa biasa milik Sembrani, dan bukan rangkaian Eksekutif Argo “pesawat” milik Argo Dwipangga asli. Sedang para penumpang Sembrani “naik kasta”, akibat dari pertukaran ini.

Dan, diantara gerbong Eksekutif yang dipinjamkan tersebut, terdapat satu gerbong Eksekutif yang adalah hasil perubahan dari gerbong non-AC (lupa Bisnis apa Ekonomi), nomor seri K1-53804 JAKK.

[spoiler="K1-53804 JAKK, sering dijuluki “Sembrono”"]



K1-53804 JAKK, sering dijuluki “Sembrono”

[/spoiler]

Gerbong ini sering dikeluhkan para penumpang, mulai dari AC yang kurang dingin, sampai reclining seat yang tak jarang bermasalah.

Masih beruntung, gerbong restorasi yang dipinjamkan adalah milik rangkaian KA Ekspres Malam Bima, kode KM1-95803 JAKK. Gerbong ini adalah bekas KA Argo Bromo JS-950.

[spoiler="KM1-95803 JAKK milik Bima, bekas Argo Bromo JS-950"]



KM1-95803 JAKK milik Bima, bekas Argo Bromo JS-950

[/spoiler]

Setidaknya, para penumpang yang senang menikmati santap malam mereka di gerbong restorasi, mendapatkan keuntungan dari rangkaian acak-acakan ini, karena gerbong restorasi milik Argo Dwipangga tidak memiliki kursi untuk penumpang seperti KM1-95803, sekalipun dari luar terlihat sangat bagus, bercorak Batik dan diberi nama “Langlang Jagad”. Nomor serinya M1 0 95 01 SLO, dan gerbong ini merupakan hasil perubahan total KM1-95801 BD, yang dulunya juga bekas KM Argo, kali ini Argo Gede JB-250, yang fasilitasnya sama dengan KM1-95803 JAKK.

Singkat cerita, saya pun beranjak ke ujung selatan peron 1 & 2 untuk merekam kereta-kereta yang tiba dan berangkat dari Stasiun Gambir pagi itu. Diantaranya ada KRL AC Pakuan Ekspres dari Bogor, KRL AC Depok Ekspres dari Jakarta-Kota, dan KRL Ekonomi tujuan Jakarta-Kota…

[spoiler="KRL AC Pakuan Ekspres Bogor – Jakarta (Kota)"]



KRL AC Pakuan Ekspres Bogor – Jakarta (Kota)

[/spoiler]

[spoiler="KRL AC Depok Ekspres Jakarta (Kota) – Depok (maaf ga dapet front side-nya)"]



KRL AC Depok Ekspres Jakarta (Kota) – Depok (maaf ga dapet front side-nya)

[/spoiler]

[spoiler="KRL Ekonomi tujuan Jakarta (Kota)"]



KRL Ekonomi tujuan Jakarta (Kota)

[/spoiler]

Ternyata, pemasangan “palang halilintar” di lintas KRL tujuan Jakarta belum berfungsi dengan semestinya, terlihat dari masih adanya penumpang di atap KRL Ekonomi (atapers)…

Berikut video dari ketiga KRL tadi, yang sudah saya gabungkan (bersama 1 video lain, tapi saya kurang tahu nama KRL-nya apa)…


Tayangan Video dari Youtube tergantung kualitas jaringan di tempat anda


Bersambung ke part 3…
Visit my new blog at

Visit also:

Reply


Messages In This Thread
RE: Perjalanan pada tanggal 6 bulan 6... - by d'tRAiNeR - 10-06-2011, 02:59 PM

Forum Jump:


Users browsing this thread: 1 Guest(s)