12-02-2014, 07:06 PM
[spoiler]
Kemaren senin, saya JR ke CN dengan argo jati reguler dari GMR. sedangkan argo jati tambahan (rangkaian sembrani) di jalur 4 hanya di isi beberapa penumpang saja (kira-kira sekitar 2 - 4% okupansinya ) sedangkan argo jati regulernya hanya di isi penumpang sekitar 40%.
sepertinya, memberdayakan rangkaian yang stabling untuk digunakan sebagai KA tambahan kurang tepat. mungkin pola pikir kang jonan perlu di rubah total strategi pemasarannya ketika di saat-saat weak season.
kalo saja saya bekerja di PT.Sepur dan ditempatkan di bagian manajemen pemasaran. mungkin saya akan mengoptimalkan rangkaian yang kosong untuk di stablingkan saja. sedangkan sisa rangkaian yang lain tetap di gunakan.
starteginya begini, jika pemesanan / penjualan go show tiket KA tambahan atau KA Reguler mengalami penurunan atau tidak sesuai target. maka solusinya dilakukan pengurangan jumlah kereta dalam satu rangkaian.
nah dengan begitu. rangkaian yang biasanya membawa 8 eksekutif. cukup membawa 3 - 4 eksekutif saja. dengan begitu ongkos perawatannya bisa dikurangi.
nah dari situlah biaya perawatan perlu dikurangi / di tekan se-optimal mungkin. biarpun penghasilan pada weak season tidak mencapai dengan target.
(setahu saya, biaya perawatan selalu lebih besar daripada keuntungan yang didapat ketika weak season)
[/quote]
[/spoiler]
Ga segampang itu kang..
Kalo Argo Jati Tambahan dari Gambir itu kosong emang wajar, karena sasaran utamanya kalo saat sepeeti itu adalah penumpang CN-GMR. Cek deh, sering okupansinya 70% ke atas. Jadi bisa dibilang, GMR-CN cuma kirim rangkaian tapi tiketnya dijual juga.
Dan kalo untuk pengurangan rangkaian, itu terlalu ribet. Argo Jati ini kereta yg laku saat pembelian go show. Kalo misalnya 1K1 kosong menjelang berangkat, mau dilepas dulu gt? Ribet kan :p
Kemaren senin, saya JR ke CN dengan argo jati reguler dari GMR. sedangkan argo jati tambahan (rangkaian sembrani) di jalur 4 hanya di isi beberapa penumpang saja (kira-kira sekitar 2 - 4% okupansinya ) sedangkan argo jati regulernya hanya di isi penumpang sekitar 40%.
sepertinya, memberdayakan rangkaian yang stabling untuk digunakan sebagai KA tambahan kurang tepat. mungkin pola pikir kang jonan perlu di rubah total strategi pemasarannya ketika di saat-saat weak season.
kalo saja saya bekerja di PT.Sepur dan ditempatkan di bagian manajemen pemasaran. mungkin saya akan mengoptimalkan rangkaian yang kosong untuk di stablingkan saja. sedangkan sisa rangkaian yang lain tetap di gunakan.
starteginya begini, jika pemesanan / penjualan go show tiket KA tambahan atau KA Reguler mengalami penurunan atau tidak sesuai target. maka solusinya dilakukan pengurangan jumlah kereta dalam satu rangkaian.
nah dengan begitu. rangkaian yang biasanya membawa 8 eksekutif. cukup membawa 3 - 4 eksekutif saja. dengan begitu ongkos perawatannya bisa dikurangi.
nah dari situlah biaya perawatan perlu dikurangi / di tekan se-optimal mungkin. biarpun penghasilan pada weak season tidak mencapai dengan target.
(setahu saya, biaya perawatan selalu lebih besar daripada keuntungan yang didapat ketika weak season)
[/quote]
[/spoiler]
Ga segampang itu kang..
Kalo Argo Jati Tambahan dari Gambir itu kosong emang wajar, karena sasaran utamanya kalo saat sepeeti itu adalah penumpang CN-GMR. Cek deh, sering okupansinya 70% ke atas. Jadi bisa dibilang, GMR-CN cuma kirim rangkaian tapi tiketnya dijual juga.
Dan kalo untuk pengurangan rangkaian, itu terlalu ribet. Argo Jati ini kereta yg laku saat pembelian go show. Kalo misalnya 1K1 kosong menjelang berangkat, mau dilepas dulu gt? Ribet kan :p
My Facebook =
Nama akun baru dari CC203 35
Nama akun baru dari CC203 35