Semua tentang KA Barang

[ady_mcady]

Truk Diganti Kereta? PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Siap

Jakarta
16:04 Tue, 24 May 2011
Dananjoyo Kusumo / Jurnal Nasional

Jurnas.com | PT Kereta Api Indonesia (KAI) siap memfasilitasi pengangkutan barang jarak jauh ke pelabuhan. "Sejak awal, dari segi bisnis pengangkutan barang jarak jauh memang akan lebih menguntungkan jika memakai kereta api," kata Kepala Humas PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Sugeng Priyono, Selasa (25/5).

Opsi pengalihan angkutan barang dari jalur darat ke kereta memanas menyusul kontroversi kebijakan pembatasan jam operasional truk oleh Pemprov DKI Jakarta. Pembatasan tahap dua ngotot diterapkan sejak 10 Mei hingga 10 Juni.

Sugeng menilai, angkutan barang jarak jauh paling tepat menggunakan kereta. "Namun untuk hal itu kondisi perkeretaapian harus dibenahi dulu. Mulai prasarana, jalur dan armadanya," ujarnya saat dihubungi Jurnal Nasional. Sugeng menyatakan, sejak jauh hari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sudah mengantisipasi kemacetan di jalan raya akibat truk. "Yakni dengan mengadakan 144 lokomotif, 1.200 gerbong datar dan 1.800 kereta batu bara," ucapnya.

Selain itu, penambahan jalur pun jadi hal mutlak untuk menghidupkan kembali pengangkutan barang ke pelabuhan menggunakan kereta api. "Dibukanya jalur kereta Jakarta ke Surabaya dengan double track. Jalur itu pasti mencapai pelabuhan, jadi tak perlu ada truk di pelabuhan," tutur Sugeng.

Jalur tersebut saat ini masih single track. "Harus dibuat double. Sebab kalau tidak, malah akan makin membuat jalur kereta api lebih crowded," ucap Sugeng. Dengan difungsikannya kereta sebagai angkutan berat ke pelabuhan, Sugeng berharap dapat meningkatkan jumlah kontainer yang masuk setiap harinya. "Harapannya nanti bisa mencapai 4.000 kontainer per harinya," katanya.

Diakui pula oleh Sugeng, sebenarnya sudah ada jalur kereta ke pelabuhan. Namun kini rel itu sudah tertutup tanah. "Kalau mau dibenahi ya butuh dana yang besar," tutur Sugeng menambahkan. Pihaknya mengakui pula kalahnya kereta dengan truk karena mahalnya biaya operasional. "Kereta BBM-nya saja pakai harga industri, dan dikenakan PPN 10 persen. Sedang jalan raya kan tidak," ucapnya di akhir wawancara.

Penulis: Dini Hariyanti