saat saya menyusur jalur Bumiayu - Kretek .. saya lihat ada beberapa titik sambungan rel yang di las..
sepengetahuan saya rel KA tidak boleh di las... -cmiiw-
jadi disambungan rel dipasang plat sambung dan dibaut , diberi celah sambungan u ruang muai sesuai standar konstruksi rel KA ( JIS ato Euro ato US standar )
ini poto salah satu sambungan rel yg di las ;
detail sambungan yang di las ;
mohon pencerahan jika ada standar konstruksi rel KA yang memperbolehkan rel di las ..
apalagi di gambar di atas, letak las2an dibiarkan menggantung , dan tidak di atas bantalan ....
iya y? mungkin yg dilas hanya setiap 2 atau 3 line aja yg dilas, jd suara khas jeg...jeg...jeg...jegnya ilang

, tp klo posisi yg dilasnya menggantung gitu sih kynya ngeri juga, biasanya klo besi sehabis dilas kynya karat bisa lebih cepet menyerang. sehingga klo kehujanan dan kepanasan, trus dilalui beban kereta yang begitu berat setiap saat ditakutkan Rel malah patah. mungkin ahli tehnik yg punya alasannya.
bener kang..
menurut ilmu logam alias metalurgi , besi kalo sudah di las, rusak deh "kandungan logam" nya ..
maklum namanya juga di bakar / dipanaskan... jadi lebih lemah deh kekuatannya ...
mungkin ini juga yang menyebabkan banyak rel patah .. dan akhirnya keretanya anjlok ...
setahu saya memang tidak boleh dilas kecuali dalam keadaan darurat semisal ada perbaikan rel yang penggunaannya tidak sering dan tidak terlalu lama dan dapat dibongkar pasang dalam waktu singkat.
:egeek:
saya pernah mengikuti penggantian rel berikut bantalan kayu ke beton (sudah lama sekali, antara lintasan sts Kld dan Pdk) dimana setiap panjang rel itu adalah 25 meter yang diambung maksimal 4 batang rel sehingga total 100 meter baru dilakukan penyambungan dengan baut.
sedangkan sambungan antara ke 4 batang rel tersebut adalah dengan dilakukan pengecoran... ujung ke 2 rel yang akan disambung diratakan/sejajarkan dan diperiksa secara detail dengan "water pass" setelah itu dibuat cetakan (seperti dari tanah liat/lempung yang kenyal) dan dibuat sedemikian rupa pula diantara ke 2 rel yang akan disambung tersebut.
sementara itu bijih besi dipanaskan dalam sebuah tempat diatas bara api (dengan menggunakan semacam pompa/kompor gas sehingga bijih besi tersebut mencadi cair dan berwarna merah seperti logam cair / lava pijar) yang kemudian dituangkan langsung kedalam cetakan tersebut....
setelah itu akan terlihat tanah liat/lempung tersebut menjadi kering karena panas yang kemudian ditunggu beberapa saat barulah cetakan tersebut dibuka dengan cara "merontokan" lapisan cetakan tanah liat/lmpung tersebut.
akhirnya ujung ke 2 rel tersebut manyatu seperti di las... prosesnya sekitar 30 menit untuk satu sambungan yang dicor...
mohon koreksi dan tambahannya bila terdapat kesalahan :ewink: :ewink: :ewink:
Sebenarnya gak ada masalah dengan pengelasan.. istilah di jalan dan bangunan adalah Continous Welded Rail.
Prosesnya seperti yang diceritakan oleh Mas Agus.
Cara lainnya adalah dengan memanaskan ujung-ujung rel sampek melunak, kemudian di tekan dan didinginkan sehingga menjadi satu kesatuan.. istilah teknisnya saya kurang ngerti

.
Penggunaan Continous Welded Rail selain untuk kenyamanan, ternyata dapat mengurangi kerusakan roda kereta api dari benturan sambungan rel.
gitu ya mas .. thks pencerahannya nih
tapi u celah/gap di sambungan rel nya gimana..
kan ada besaran tertentu yang mengharuskan ada gap antar sambungan, untuk mensiasati pemuaian baja akibat panas suhu matahari ...
Seingat saya, untuk melakukan CRW (Continous Rail Welding) ada syarat suhu sekitar.. saya kurang mengerti batasan-batasannya, tetapi berdasarkan suhu udara di Indonesia, CRW tidak boleh terlalu panjang misal sambungan setiap 20meter atau 50 meter.
Sambungannya juga menggunakan sambungan rel biasa yang menggunakan baut.
Mungkin cara mengetahui panjang CRW, dengan cara mendengarkan suara roda saat kereta melaju.. jika kereta melaju dengan kecepatan 100 km/jam (28m/s), dan bunyi "tek tek tek tek" timbul setiap 2 detik makan CRWnya adalah sekitar 50 - 56 meter.
neh potrek orang ngelas REL,ini diambil di Stasiun Pasar Nguter jalur PWS-WNG

di petak STA PK ame SMT juga banyak yang dilas.....
cuma lasannya rapi....
yang difoto om maseko berantakan banget!!!!!!

mungkin ngelasnya ngejar target, btw yg di poto maseko kenapa pas di sambungan las2an dak dialasi bantalan ya ?
ngeri patah,ya namanya tiap hari dilewatin spoor yg berat nya 84 ton :worry: