Semboyan35 Indonesian Railfans

Full Version: cara bawa jenazah di ka
You're currently viewing a stripped down version of our content. View the full version with proper formatting.
Pages: 1 2 3
maaf om momod...sudah di search..belum nemu judul ini...kalau ada yg mirip2 ...tolong digabung saja ya..

bagaimana cara bawa/pengiriman jenazah dg ka..
apakah cukup pakai peti dan dikirim melalui kereta barang...atau sekarang ini cukup pakai gerbong aling2. atau nyewa gerbong aling2 ala kadarnya atau full...bagaimana pesan tempat untuk kel yg mengantarkan
kalau dengan pesawat ....cukup masuk bagasi dan membayar 2x ongkos tiketnya..dan ini diprioritaskan termasuk kel yg mengantar.

di media pernah ada berita....
karena ketidak mampuan untuk menyewa mobil jenazah ke daerah dari jakarta ,seorang membawa jenazah kelnya dengan cara jenazah tsb didudukkan disebelahnya dan ditutupkan dg sarung ,tentu dengan membeli karcis lho.
[/spoiler]

Sepertinya, sampai saat ini, setahu saya, kereta api masih belum bisa
menerima angkutan/ kiriman dalam bentuk peti mati, dalam arti, pengiriman jenazah.
Selain secara psikologis dapat membuat penumpang [yang begitu banyak dalam satu rangkaian] menjadi kurang nyaman, entah ngeri, entah ketakutan, waktu melihat ada peti mati masuk bagasi, juga kemungkinan dikhawatirkan membawa penyakit menular dll.

Lain jika dengan pesawat, terutama untuk antar pulau atau dari luar negeri.
Perhatikan jika pesawat terbang akan membawa atau menurunkan jenasah, diusahakan selalu tidak menyolok perhatian calon penumpang, mobil merapat sampai perut pesawat, terutama yang dapat dibuka bagian bawah dekat ekornya.

Lain halnya, jika rangkaian tersebut menabrak atau ditabrak yang sampai menyebabkan korbannya meninggal, memang kereta api tersebut diwajibkan untuk mengangkut jenasah itu sampai setasiun terdekat.
Maksudnya, jika menabrak ditengah sawah atau hutan, atau yang jauh dari pemukiman warga misalnya.

Jadi, diserahkan pada setasiun terdekat didepannya.
Sepertinya demikian, jika berhubungan dengan mantan manusia.

Untuk menyewa aling-aling atau kereta barang, sepertinya justru menjadi lebih mahal daripada menyewa ambulans / kereta jenasah bukan ?

Yang jelas, untuk mengirim dengan fasilitas umum, jenazah harus dimasukkan kedalam peti mati dan tertutup rapat, walau sudah disuntik formalin sebelumnya.

SSS, Sepurane Seumpama Salah.

Salam 35 !
Xie XieBye Bye



ha..ha.ha pertanyaan saya ini terinspirasi dari kartunnya pak de nih....
terima kasih atas penjelasannya...
kalau nggak salah ...berita di media tsb...si anak membawa jenazah ayahnya ke sta cirebon...


Di media massa apa mas? Kapan tuh kejadiannya?
@Adi Sutjipto, enggak juga tuh gan, sama koq diperlakukan kyk kargo barang biasa, cuman petinya agak berbeda (atau dilapis lagi) trus di timbang, miriplah kyk barang bawaan biasa gitu, juga buat pengangkutan menuju dan dari pesawat jg jadi satu sama mobil pembawa barang dengan barang lainnya( kecuali menggunakan mobil jenazah langsung masuk bandara permintaan khusus keluarga pejabat, untuk umum nggak bisa, susah, nggak bakal di kasih izin) juga nggak harus mobil khusus atau jenazah dan malah tidak terlalu mencolok bagi penumpang pesawat. Mobil Jenazah tidak boleh di perkenanan masuk wilayah landasan pacu ataupun parkir pesawat...
btw, walau tetap pakai timbangan, harganya juga beda dengan kargo biasa.

Ini sebenarnya potensi yg patut di garap, dan nggak harus menyewa 1 gerbong, cukuplah seperti kargo pesawat umumnya, dijadikan satu dengan jenis barang yg lain (asal jgn di tumpuk aja Big Grin), bayangkan jika seluruh keluarga ikut mengantar, berapa tiket langsung terjual sekaligus

Yang sungguh merepotkan dari pandangan aku pribadi :
1. Menyewa 1 kereta spesial utk angkut rombongan pelayat. Semisal dr st. Gambir menuju st. Cepu. Dg KA ABA, maka akan resiko telat bbrp menit di stasiun persinggahan di Cepu. Belum lagi pasti akan mahal menyewa 1 kereta penumpang semisal Nusantara.
2. Akan menjadi pembicaraan para calon penumpang yg entah bukan2 alias gosip. Nanti kalo 1 rangkaian ama mayat gini gitu.
3. Kalo keluarga besar, tak akan cukup dengan 1 kereta, minimal 2 kereta sewaan. Entah 1 kereta Nusantara dan 1 kereta Toraja. Kalao perlu 1 kereta penumpang regluer alias Eksekutif biasa mesti direlakan utk keluarga besar si almarhum / almarhumah.
4. Dg kereta klas Ekonomi?? Moga2 sih gak bertepatan dengan musim kecanduan sepak bola. Bisa kasihan yg di dalem kereta penumpang, meski misalnya gak diijinin pr suporter tuk berkunjung ke kota lain dg KA, tapi khan massa yg anti kesebelasan lawan mrk itu tetep aja nyerang. Apalagi kalo singgah mrk bisa merazia dg membabi but tiap jengkal kereta penumpang / menyisir.
5. Mungkin langkah amannya tanpa ada gangguan pr calon penumpang harus diberangkatin dr Jakarta Gudang utk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Tapi gy merepotkan buat pr keluarga si almarhum / almarhumahnya itu... Ke JAKG naik apa, trus apa mesti semisal Sembrani dilangsir ke Jakg terus ke Jakk / Jakarta Kota segala?
[/spoiler]

Selama saya bermain disetasiun kereta api, puluhan tahun, sampai saat inipun, saya belum pernah melihat ada orang, beserta keluarganya, yang entah naik atau turun, dengan jenasah [peti mati].

Memang tidak ada larangan mengirim peti mati, sejauh surat-surat dari rumah sakit dan kepolisian/ instansi terkait lengkap, dan bagian ekspedisinya bersedia menerima, dan tentu saja, sang pengawal barang juga mau dan tidak takut.

Untuk peti mati, jelas tidak mungkin ditimbang, untuk alas dacin nya, kurang lebar. Bagaimana cara menimbang peti mati yang berisi jasad ?
Padahal, kan posisi diusahakan sehorizontal mungkin, tidak boleh miring baik miring kanan/ kiri, maupun kedepan/ belakang.

Jika peti ditimbang cara berdiri, juga tidak mungkin, he...he...he...
Untuk perongkosan, akan dikira-kira saja, dan pasti lebih mahal daripada biasanya, karena juga tidak mungkin ditumpuk atasnya.
Jadi, kompensasi boros tempat.
Ini menurut bagian ekspedisinya, kebetulan dulu pernah iseng-iseng ngobrol waktu habis ada PLH.

Selama saya bepergian dengan pesawat, juga apabila sedang mengantar atau menjemput, saya juga belum pernah melihat, ada peti mati yang entah naik atau turun dari pesawat, diangkut dengan mini tracktor dengan trailer yang biasanya untuk membawa koper/ barang milik penumpang yang masuk bagasi.

Biasanya, ya dengan ambulance/ mobil jenasah yang langsung mendekati pesawat.
Kebetulan juga, beberapa saudara saya, ketika meninggal diluar kota/ negeri, ketika diturunkan dari pesawat dan saya ikut menjemput, semua mobil jenazahnya, masuk mendekati pesawatnya, saat mengambilnya.
Untuk peti mati nya, juga seperti apa adanya, bukan dimasukkan kekotak atau dilapisi lagi.
Memang, peti mati yang dari luar, kadang bentuknya agak berbeda, tetapi, sekarang sudah banyak ditiru juga disini.

Apa anda kebetulan, pernah menyaksikan sendiri, terutama untuk yang diangkut dengan kereta bagasi ?
Dimana dan kira-kira tahun berapa ?
Bye Bye


[/spoiler]

Mas Dana, mengirim jenazah dalam peti mati, jika dengan mobil jenazah, umpama dari Jakarta ke Malang, biayanya memang mahal.
Seumpama ada keluarga yang sampai mengirimkan dengan kereta bagasi, , pasti sebelumnya telah diperhitungkan agar dari segi pembiayaan, lebih hemat [baca : irit], misalnya, maaf, dari keluarga yang kurang mampu.

Dengan keretapun, selain sudah membutuhkan waktu perjalanan yang lebih lama, jika mampu pun, ya tidak akan menyewa Toraja atau Eksekutif, ya naik pesawat logikanya !

Bye Bye
mungkin perlu adanya realisasi yang hubungannya dengan departemen ketuhanan Pisss ahhh...
@Adi Sutjipto, [spoiler]maap gan, tolong disimak lagi, yg alinea pertama itu yg saya maksud bukan untuk di KA, tp di terangken dengan terang benderang di PESAWAT Big Grin, dan maaf lagi, saya pernah lama kerja di bidang itu loh gan, sepengalaman saya ke bandara soekarno hatta, nggak pernah mobil jenazah bisa masuk area parkir pesawat buat nurunin atau menaikkan peti jenazah, untuk alinea selanjutnya, baru di KA gan Big Grin please simak lagi... [/spoiler]


[spoiler]]Ha...ha...ha...,
saya masih terbawa untuk urusan kereta, untuk alinea pertamanya,
soalnya
ini kan ngrembuk kereta.
Tapi sekitar awal tahun 70 dan menjelang tahun 80 an, saya mengalami sendiri, sewaktu family dan bude saya meninggal dan hendak dikirim ke Jawa Tengah, karena saya juga ikut didalam rombongan tersebut, berangkat dari HP.

Sampai di tempat tujuan, mobil jenazah juga masuk sampai dibawah perut DC 9 dan VV, kalau saya tidak lupa, karena kejadiannya sudah cukup lama.
Mungkin waktu itu, karena di charter.

Kalau untuk yang proses saat ini di Bandara Soetta, mungkin anda benar.
Tapi jika kita mengirim jenazah saat ini dari Malang ke Jakarta, misalnya,
memang, setelah sampai di bandara, diserahkan ke cargo.
Tapi jika kita hendak mengambil jenazah, mobil ambulance/ jenazah, dapat langsung kebawah pesawat untuk langsung diterima dan dimasukkan kedalam mobil.

Kalau yang dengan kereta, minim 15 tahun kebelakang, dari Malang, belum pernah ada yang mengirim, ini menurut para petugasnya, waktu saya ngobrol-ngobrol tentang hal ini, dahulu.

Salam 35 !
[/spoiler]
Pages: 1 2 3