05-10-2010, 07:40 PM
Sedikit menyambung dari thread aku yang amburadul bbrp minggu lalu karena menjadi pembahasan hangat yang serius banget. Tapi kali ini aku enggak mau sangkut - pautin lagi sama thread yang satu itu. Cuma mau tanya, menurut teman2 kira2 gimana sih cara mengatasi arus mudik dan balik yang paling ideal? Agar tentunya enggak terjadi penumpukkan penumpang sampai terjepit, susah berdiri, nafaspun sulit dan masih banyak persoalan lainnya terutama di toilet yang jorok dan bau apek.
Kalau caranya melalui pendataan (1x lagi ini gak bermaksud dijatahin yah...) dari Rt / Rw se-Jabodetabek (berlaku yg bermukin di Bandung, Surabaya dan lain2nya) kita masing2 warga pendatang dari mana. Lain halnya kalau mengaku semisal asli Jakarta tapi kebetulan mau pulang mudik ke sanak keluarga. Semisal aku mau pulang mudik ke Keetosono. Rt / Rw coba mendata mana aja warganya yg mau pulang ke Keetosono dan yg seperjalanan ke Kertosono juga. Di data oleh pihak stasiun Gambir dan Ps. Senen, ternyata aku dapetnya semisal di stasiun Ps. Senen naik KA Bangunkarta.
Begitu diumumin dapet karcisnya Bangunkarta dg resiko harganya Rp sekian,00. Mau enggak akunya. Semisal aku menolaknya krn kemahalan. Eh... dapet jatah K3 Ekonomi Gayabaru Malam Lebaran yang berarti Gayabaru Malam Selatan katakanlah unit ke2. Dg asumsi gak ada yg berdiri sampe membeludak melainkan cuma ada yg di bordes dijatahin sekian org, di koridor sekian org dan tiada yg di toilet.
Semisal Se-Jabodetabek stl didata yg pulang ke Kertosono ada 20juta orang, ke Solo sekian, ke Surabaya sekian, ke Kutoarjo sekian, dll. PT. KA menjatahi sekian org utk K1, sekian org utk K2 dan sekian org utk K3. Sisanya yg gak kebagian jatah krn full meski itu udah K1 Lebaran, K2 Lebaran dan K3 Lebaran di tiap H- dan H+ yg ada, pilihan alternatif pesawat pun dipilih. Semisal aku gak kebagian KA yah udah naik pesawat A krn rute ke Kertosono mau gak mau mendarat semisal di bandara Juanda, Surabaya atau pun di Malang.
Gimana menurut teman2? Brilliant atau malahan percuma yah? Jadi, idenya harus gimana lagi donk yah?
Kalau caranya melalui pendataan (1x lagi ini gak bermaksud dijatahin yah...) dari Rt / Rw se-Jabodetabek (berlaku yg bermukin di Bandung, Surabaya dan lain2nya) kita masing2 warga pendatang dari mana. Lain halnya kalau mengaku semisal asli Jakarta tapi kebetulan mau pulang mudik ke sanak keluarga. Semisal aku mau pulang mudik ke Keetosono. Rt / Rw coba mendata mana aja warganya yg mau pulang ke Keetosono dan yg seperjalanan ke Kertosono juga. Di data oleh pihak stasiun Gambir dan Ps. Senen, ternyata aku dapetnya semisal di stasiun Ps. Senen naik KA Bangunkarta.
Begitu diumumin dapet karcisnya Bangunkarta dg resiko harganya Rp sekian,00. Mau enggak akunya. Semisal aku menolaknya krn kemahalan. Eh... dapet jatah K3 Ekonomi Gayabaru Malam Lebaran yang berarti Gayabaru Malam Selatan katakanlah unit ke2. Dg asumsi gak ada yg berdiri sampe membeludak melainkan cuma ada yg di bordes dijatahin sekian org, di koridor sekian org dan tiada yg di toilet.
Semisal Se-Jabodetabek stl didata yg pulang ke Kertosono ada 20juta orang, ke Solo sekian, ke Surabaya sekian, ke Kutoarjo sekian, dll. PT. KA menjatahi sekian org utk K1, sekian org utk K2 dan sekian org utk K3. Sisanya yg gak kebagian jatah krn full meski itu udah K1 Lebaran, K2 Lebaran dan K3 Lebaran di tiap H- dan H+ yg ada, pilihan alternatif pesawat pun dipilih. Semisal aku gak kebagian KA yah udah naik pesawat A krn rute ke Kertosono mau gak mau mendarat semisal di bandara Juanda, Surabaya atau pun di Malang.
Gimana menurut teman2? Brilliant atau malahan percuma yah? Jadi, idenya harus gimana lagi donk yah?