06-12-2013, 11:06 AM
Hmmm..., value for money yach...
Saya mau tanya nich, saya analogikan stasiun ML & SGU itu kyk agen penjual air mineral dlm kemasan. Si agen itu menjual air mineral curah yg per galon 3500 rupiah & air mineral merk Aq*a seharga 15ribu per galon. Konsumen dihadapkan pada 2 pilihan dan akhirnya ada konsumen yg memilih / membeli air mineral merk Aq*a. Lha terus kira2 apa value for money yg didpt konsumen ketika membeli air mineral merk Aq*a ini...? Bukannya sama2 air, kemasan jg sama2 galon yg mayoritas warnanya biru...?
[/quote]
analoginya gak perlu sejauh itu, gampang aja logikanya n sebenernya gk perlu pake analogi ,
coba bayangin ada dua kereta api, KA A n B, sama2 kelas ekonomi, tempat duduk sama, AC sama, bedanya livery keduanya berbeda walaupun jeroannya 90% sama begitu juga tingkat kenyamanannya, wong kursinya sama2 ala K-3, anda tau sendiri kan? nah, bedanya adalah KA A menyandang nama "ekspres" yang B tidak, KA A lebih cepat 20% ( kalau tidak telat), dan harga KA A 5x dari KA B,,
nah kalau anda penumpang pada umumnya (bukan RF) apa yang kira2 anda pikirkan? dan bagaimana pertimbangan anda? mau nggak anda bayar 5x lipat untuk KA A?
ada juga konsumen di sby n jatim yg pengen cepat dan nyaman, dan saya sangsi kalo mereka adalah orang2 yg biasa naik penataran standard, toh segmen pasar penataran standar itu menengah ke bawah dan yg naik penataran standard itu cuman minoritas dari penglaju sby-mlg (berapa sih total yg naik penataran selama ini),
makanya kalo mau bikin KA yg spesial yg harganya berlipat2 dari harga penataran standard, daop 8 harusnya menyasar ke konsumen2 menengah ke atas yg selama ini ogah naik KA2 proletar kayak penataran/dhoho dan memilih naik mobil, travel mahal, taxi, atau bahkan yang berniat naik pesawat (sempat ada wacana penerbangan sby-mlg), BUKAN pelanggan2 penataran standar yang kalo dihadapkan pada dua pilihan di atas pelanggan2 penataran standard yg kaum menengah ke bawah yg urusan kenyamanan dan kecepatan adalah nomor xxxx jelasnya milih yg 5x lebih murah,