22-04-2011, 10:51 AM
Kalau masalah kekurangan lok bukan hanya dipo PWT saja yang kekurangan. Hampir semua dipo kekurangan lok,jumlahnya dibawah ideal. Mungkin sekarang dipo yang dapat mutasi lok dianggap prioritas, urgent. Kadang kacamata kita sebagai RF berbeda dengan kacamata kantor pusat PT.KA, mengenai alokasi lok. Kalau saya perhatikan, RF hanya tahu kebutuhan untuk dipo terdekat dari tempat dia domisili, tapi PT KA tahu kebutuhan lok untuk semua dipo, semua daop, dan semua divre.
[/quote]
Saya setuju dengan pendapat Mas Ahmadi.
Untuk Mas Siswajipurwojaya: Kayaknya Mas Siswajipurwojaya hanya memikirkan alokasi lokomotif buat Dipo Induk PWT saja tidak memikirkan Dipo induk yang lain. Padahal Dipo Induk Lokomotif yg lain butuh banget lokomotif. Sebagai contoh: Dipo Induk JR, sangat membutuhkan lokomotif CC201 buat menggantikan lokomotif-lokomotif yg seri BB yang sudah uzur. Apalagi sekarang ada kebijakan gerbong aling-aling yang membuat KA milik DAOP IX contoh Tawang Alun harus membawa 6 gerbong. Untuk lok BB tidak kuat untuk membawa 6 gerbong di lintasan Bangil-Malang. Lok BB maksimal hanya bisa membawa 4 gerbong.
Untuk Mutasi Lokomotif biarlah PT.KAI yg mengatur itu semua. Kita hanya bisa menerima apa yang menjadi keputusan PT.KAI. Jangan setelah dikasih lokomotif malah kita meminta macam-macam seperti CC20317, CC20315,dll. Asal Mas tau aja lokomotif- lokomotif itu masih sangat dibutuhkan oleh Dipo Induk JNG.
Juga yang perlu diketahui, sekarang PT.KAI tidak mudah memberikan satu lokonya ke Dipo Induk. Mereka harus saling tukar lok antara Dipo Induk yang satu dengan Dipo Induk yg Lain. Contoh:
- Sewaktu PWT mendapatkan CC20412, maka salah satu Loknya CC20169 harus di mutasi ke Dipo Induk SDT
- Sewaktu PWT mendapatkan CC20411, maka salah satu loknya CC20168 harus di mutasi ke BD. Lalu BD memberikan CC20328 sebagai pengganti CC20411 yang dimutasi ke Dipo Induk PWT.
CMIIW
Terima Kasih
My Journey With Train is An Enjoyable Experince