05-02-2017, 12:33 PM
^^ kalo ini saya setuju2 aja, semoga PT. Sepur baca ini
Gimana ceritanya cuma 3 yg dines ? Kan itu 25 jam, jadi waktu KA ini masih sampe sekitar Kalibaru (KBR) udah berangkat lagi deh untuk yg ke arah MER. Jadi emang kudu pake 4 rangkaian....
Beda kasus dengan Serayu ataupun ABA yg emang masih punya waktu tersisa di Jakartanya....
Meskipun butuh 4 rangkaian, tapi tetap dalam praktik operasionalnya digunakan 3 rangkaian. Jadi begini ceritanya:
1. Misal ada 4 rangkaian: A, B, C, D, semuanya dikendalikan dipo BW. H-2 (hari 1) sebelum peluncuran, rangkaian A diberangkatkan ke MER jam 16:00 dari BW, otomatis sampe MER jam 17:15 esoknya.
2. Sementara rangkaian A hampir sampai MER, besoknya H-1 (hari 2) rangkaian B pada jam yg sama (16:00) berangkat ke MER, jadi sampai MER pas hari-H peluncuran.
3. Rangkaian A sampai MER 17:15 untuk istirahat sebelum peluncuran, sementara rangkaian B otw ke MER. Di BW tersisa rangkaian C & D.
4. Pada hari-H peluncuran (hari 3), rangkaian A berangkat MER 05:00 ke BW, sementara rangkaian B masih otw ke MER. Rangkaian C menunggu diberangkatkan jam 16:00 dari BW.
5. Tepat jam 16:00, rangkaian C diberangkatkan menuju MER dari BW, sementara rangkaian A otw ke BW, rangkaian B hampir sampai MER.
6. Jam 17:15 rangkaian B sampai di MER untuk diistirahatkan, sementara rangkaian A otw ke BW & rangkaian C otw ke MER.
7. Besok paginya (hari 4), jam 05:00, rangkaian B diberangkatkan ke BW, sementara rangkaian A hampir sampai BW, rangkaian C otw ke MER.
8. Rangkaian A sampai di BW jam 06:30 (hari 4), sementara rangkaian B otw ke BW & rangkaian C otw ke MER.
9. Dari pola operasional di poin 1-8, maka dipastikan rangkaian A sudah kembali ke siklus awal ketika rangkaian A berangkat dari BW.
10. Akan tetapi, karena perjalanan yg ditempuh rangkaian A sangat jauh, maka dia harus diistirahatkan, sehingga siklusnya digantikan oleh rangkaian D.
Jadi, dapat disimpulkan kalo siklus ini menggunakan 3 rangkaian saja, sementara 1 rangkaian berfungsi sebagai pengganti/cadangan. Akan tetapi, untuk mengantisipasi PLH/rinja, maka sebaiknya butuh 5-6 rangkaian. Makanya kenapa untuk KA MER-BW, kalo satunya berangkat pagi, maka sisanya harus berangkat sore, begitu juga sebaliknya. Kalo bingung coba dibuat skemanya dari cerita di atas. Begitu ceritanya...
Eh, iya Taksaka udah berangkat dulu, tapi gimana soal okupansi ? Apa ngga saling mempengaruhi ? Kan lumayan mepet itu...
Masalah okupansi kayaknya gak terlalu berpengaruh. Toh GBMS sama Bengawan aja yg berangkatnya siang banget juga masih banyak yg naik. Jaka Tingkir sama Krakatau meskipun kelasnya K3 komersil juga masih ada yg berburu koq. Asal berangkatnya gak antara 23:00-05:00, masih ada lah yg mau naik...
Wkwk, saya salah lagi iya bener juga sih. Tapi lagi2 gimana soal okupansinya ? Apa nggak saling mempengaruhi ?
[/quote]
Tetep gak begitu ngaruh juga lah, kan jam segitu jam2nya sepur pantura ngacir, sementara KA ini lewat jalur selatan PWT-SLO, apalagi antara Krakatau sama Bima itu sepur arah PWT kosong...
Gimana ceritanya cuma 3 yg dines ? Kan itu 25 jam, jadi waktu KA ini masih sampe sekitar Kalibaru (KBR) udah berangkat lagi deh untuk yg ke arah MER. Jadi emang kudu pake 4 rangkaian....
Beda kasus dengan Serayu ataupun ABA yg emang masih punya waktu tersisa di Jakartanya....
Meskipun butuh 4 rangkaian, tapi tetap dalam praktik operasionalnya digunakan 3 rangkaian. Jadi begini ceritanya:
1. Misal ada 4 rangkaian: A, B, C, D, semuanya dikendalikan dipo BW. H-2 (hari 1) sebelum peluncuran, rangkaian A diberangkatkan ke MER jam 16:00 dari BW, otomatis sampe MER jam 17:15 esoknya.
2. Sementara rangkaian A hampir sampai MER, besoknya H-1 (hari 2) rangkaian B pada jam yg sama (16:00) berangkat ke MER, jadi sampai MER pas hari-H peluncuran.
3. Rangkaian A sampai MER 17:15 untuk istirahat sebelum peluncuran, sementara rangkaian B otw ke MER. Di BW tersisa rangkaian C & D.
4. Pada hari-H peluncuran (hari 3), rangkaian A berangkat MER 05:00 ke BW, sementara rangkaian B masih otw ke MER. Rangkaian C menunggu diberangkatkan jam 16:00 dari BW.
5. Tepat jam 16:00, rangkaian C diberangkatkan menuju MER dari BW, sementara rangkaian A otw ke BW, rangkaian B hampir sampai MER.
6. Jam 17:15 rangkaian B sampai di MER untuk diistirahatkan, sementara rangkaian A otw ke BW & rangkaian C otw ke MER.
7. Besok paginya (hari 4), jam 05:00, rangkaian B diberangkatkan ke BW, sementara rangkaian A hampir sampai BW, rangkaian C otw ke MER.
8. Rangkaian A sampai di BW jam 06:30 (hari 4), sementara rangkaian B otw ke BW & rangkaian C otw ke MER.
9. Dari pola operasional di poin 1-8, maka dipastikan rangkaian A sudah kembali ke siklus awal ketika rangkaian A berangkat dari BW.
10. Akan tetapi, karena perjalanan yg ditempuh rangkaian A sangat jauh, maka dia harus diistirahatkan, sehingga siklusnya digantikan oleh rangkaian D.
Jadi, dapat disimpulkan kalo siklus ini menggunakan 3 rangkaian saja, sementara 1 rangkaian berfungsi sebagai pengganti/cadangan. Akan tetapi, untuk mengantisipasi PLH/rinja, maka sebaiknya butuh 5-6 rangkaian. Makanya kenapa untuk KA MER-BW, kalo satunya berangkat pagi, maka sisanya harus berangkat sore, begitu juga sebaliknya. Kalo bingung coba dibuat skemanya dari cerita di atas. Begitu ceritanya...
Eh, iya Taksaka udah berangkat dulu, tapi gimana soal okupansi ? Apa ngga saling mempengaruhi ? Kan lumayan mepet itu...
Masalah okupansi kayaknya gak terlalu berpengaruh. Toh GBMS sama Bengawan aja yg berangkatnya siang banget juga masih banyak yg naik. Jaka Tingkir sama Krakatau meskipun kelasnya K3 komersil juga masih ada yg berburu koq. Asal berangkatnya gak antara 23:00-05:00, masih ada lah yg mau naik...
Wkwk, saya salah lagi iya bener juga sih. Tapi lagi2 gimana soal okupansinya ? Apa nggak saling mempengaruhi ?
[/quote]
Tetep gak begitu ngaruh juga lah, kan jam segitu jam2nya sepur pantura ngacir, sementara KA ini lewat jalur selatan PWT-SLO, apalagi antara Krakatau sama Bima itu sepur arah PWT kosong...
Buah dari perjuangan adalah kebahagiaan
Semakin keras kita berjuang bagi hidup kita, semakin manis pula buahnya
Semakin santai perjuangan kita, semakin pahit pula buahnya
Semakin keras kita berjuang bagi hidup kita, semakin manis pula buahnya
Semakin santai perjuangan kita, semakin pahit pula buahnya