25-06-2013, 08:55 AM
Kalau baca plang dipo KRL BOO sih tulisannya PT.KAI, bukan PT.KCJ. Lihat R6 kru KRL pun masih R6 PT.KAI DAOP I. Yang saya bayangkan kalau Buge sudah 2 trip lebih per hari apa masih ada waktu buat bulak-balik BOO-THB + Check Up di THB ? Kalau masih bolak-balik THB konsekuensinya harus punya rangkaian banyak. Itu semua akan menambah biaya perawatan armada, biaya perka KLB, biaya HSD,kru juga harus dobel,dll. Padahal pendapatan Buge cuma segitu-gitunya, itu pun entah nutup entah tidak untuk solar saja. Dari awal pengoperasiannya juga sudah dibilang kalau ini proyek rugi, apa tidak ada usaha untuk mengurangi kerugian? Padahal hanya membenahi birokrasi.
Kenapa KRD di DAOP I harus nginduk di THB ? Dulu awalnya semua KRD DAOP I nginduk di Dipo KRL-KRD BUD, kalau tidak salah termasuk WIKU, kecuali KRD Sukabumi di BOO sampai tahun 2006. Setelah terbakarnya 2 dari 4 KRD di Cikampek tahun 2004,ditambah kebanjiran KRL eks Jepun membuat dipo BUD kewalahan urus KRD. Dulu dipo + BY DP belum ada. Awalnya KRD mau dilepas dari BUD ke JNG, tapi ditolak JNG, karena JNG juga kewalahan urus loko. THB tidak bisa menolak, karena armadanya DH semua, sama seperti KRD. Akhirnya semua armada KRD dipindah dari BUD ke THB, BUD hanya menyisakan 1 set KRD NR. Waktu itu yang masih KRD yang masih operasional hanya KRD Nambo & KRD BOO-SI. Nambo dipindah ke THB, BOO-SI tetap di BOO sampai pada tahun 2006 keduanya stop operasional. Dulu waktu jaman KRD eko,tiap lepas dinas masuk dipo BOO dan check up di loss. Sekarang jamannya Buge Check up hanya seminggu 2 kali, ditambah jarang PAL. Jadwal seharusnya tahun 2010, ini baru tahun 2012 baru masuk BY,itupun karena rusak berat. Wajar kalau kondisinya seperti sekarang, check up cuma seminggu 2 kali ditambah PAL 4 tahun sekali.