kalo menurut saya,
untuk penomoran KERETA (bukan loko)
penomoran yg sekarang hanya mementingkan TAHUN MD,
jika KERETA menggunakan nomor baru,maka jenis BOGGIE kereta yang merupakan salah satu aspek kenyamanan penumpang dapat 'disalah gunakan'
misal: Standar K1 adalah K8.
kalo di penomoran sebelumnya kan angka tengah merupakan jenis boggie. Kita bisa melihat kalau boggie yg digunakan K8 dan bisa menjawab pertanyaan:
'pantes guncangannya kenceng...K5' atau 'wuih..K8 y? pantes kg kerasa..'
klo yg sekarang??
kita aja bakal nggak tau kali K1 yang kita naiki mungkin aja menggunakan nya K4..atau K5...bukan K8
yang ada kita mikir:
'ini kereta kok didalem kayak bom2car?? boggie jenis apa seh??'
atau
'K8 ternyata nggak ada bedanya sm K5'
maaf bila agak rumit
CMIIW
[/quote]
Lho, bukannya penomoran gerbong yang sekarang masih nunjukin jenis boogie yang digunakan.
Misal:
K1-02530 --> gerbong Eksekutif produksi 2002 urutan ke-30, menggunakan boogie K5
KM1-95801 --> gerbong Restorasi Eksekutif produksi 1995 urutan ke-1, menggunakan boogie K8
K3-76108 --> gerbong Ekonomi produksi 1976 urutan ke-8, menggunakan boogie K1 (baru tau ada boogie K1, nemu di gerbong KRD yg lewat BD)
K1-2001916 --> gerbong Eksekutif produksi 2001 urutan ke-16 menggunakan boogie K9 (nah, ini penomoran gerbong yang "Memang Tiada Duanya")
dst.[/oot]
Maaf kalo OOT...
[/quote]
[/spoiler]
Out of Topic ʕ•Ìᴥ•̀ʔã£
maksud saya yg terbaru mas,
seperti pd KA BOGOWONTO atau New ARGO JATI
disitu tidak ada jenis boggie ny
maksud saya yg terbaru mas,
seperti pd KA BOGOWONTO atau New ARGO JATI
disitu tidak ada jenis boggie ny
src="http://pagead2.googlesyndication.com/pagead/show_ads.js">
baru nyadar OOT
BTT dh
[/quote]
Nah alasannya kenapa penomoran baru lokomotif ditolak sementara penomoran "baru" gerbong tidak adalah karena penomoran pada gerbong lebih informatif bagi penumpang reguler. Kan kalo "K1" lebih mudah dimengerti sebagai "gerbong kelas 1" daripada "AW" (malahan inisial ini lebih dikenal sebagai nama salah satu restoran fast-food), jadi calon penumpang tahu: "Oh, gerbong yang saya bakal tumpangi bener-bener kelas 1."
Lagipula penomorannya emang lebih baik "di-reset" per tahun produksi, karena produksi gerbong lebih banyak daripada lokomotif, ntar kalo penomoran gerbong ga "di-reset" ntar nomornya bisa panjang banget, mengingat nomor gerbong yang bisa mencapai ribuan (bisa-bisa bukan "K1-20019**" tapi "K1-20019****").
Pada perubahan nomor lokomotif, tidak terlihat kegunaannya. Informatif, ga juga. Toh cuma ditambahin tahun produksi. "Di-reset", ngapain? Malah jadi bingungin orang: "Kok CC 204 yang nomor 1 ada banyak (CC 204 03/4 01; CC 204 10 01; CC 204 11 01)? Mana yang nomor 1?"
Tapi, melihat penomoran gerbong yang sekarang juga ikut-ikutan ngawur... Apa lagi alasannya?
Visit my new blog at
Visit also:
Visit also: