11-12-2011, 04:34 PM
[spoiler=]
JAKARTA - PT Tirta Investama (Danone Aqua) dan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sepakat mengembangkan pengangkutan peti kemas dengan kereta api dengan rute Cicurug, Sukabumi ke Jakarta. Proyek tersebut ditargetkan bisa mengangkut 4000 ton Aqua per hari yang diharapkan terealisasi tahun 2013.
"Kita dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sepakat untuk bisa mengangkut 4000 ton perhari, itu setara dengan 100 kontainer. Salah satu yang perlu dibenahi adalah rel R33 yang ada saat ini harus diganti menjadi R54," ujar Customer Service and Logistic PT Tirta Investama, Mochamad Bimo kemarin. Menurut dia, yang perlu difikirkan juga adalah padatnya jalur penumpang kereta dari Bogor ke Jakarta.
Menurut Bimo yang paling menggembirakan dalam proyek ini adalah penggunaan truk bisa dikurangi. "Setiap hari dari pabrik kita ada 200-250 truk yang angkut Aqua berisis penuh, kalau dihitung sama baliknya (galon kosong) itu berarti 400-500 truk perhari. Itu gas buangnya sangat tinggi. Truk-truk itu juga sering terkendala macet, oleh karena itu kita ingin proyek ini segera terwujud," ungkapnya.
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Soesantono mengaku sangat mendukung kerjasama yang dilakukan antara Aqua dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dalam pengangkutan hasil produksi dari Cicurug (Jawa Barat) ke Jakarta. Secara biaya itu lebih ekonomis. "Kalau kita lihat konsumsi bahan bakarnya dengan kereta api itu 0,1 liter/kontainer/kilometer. Tapi kalau pakai truk 0,5 liter/kontainer/kilometer," ujarnya.
Efisiensi itu, menurut Bambang akan membawa dampak beruntun yang besar disemua lini. Dengan menggunakan angkutan kereta, polusi udara akan menurun drastis karena truk lebih polutif 4-5 kali dari kereta. Selain itu, kecelakaan di jalan juga akan menurun. "Kalau jalan lebih awet maka anggarannya bisa dialihkan ke sektor lain yang lebih mendesak," tukasnya.
Bambang mengaku pemerintah memang masih cukup kesulitan mengembangkan rute kereta api karena minimnya anggaran. "Kalau investasi baru oleh swasta bisa lebih cepat, karena captive bisnisnya lebih jelas, seperti untuk mengangkut aluminium, batubara. Tapi kalau harus fikirkan layanan penumpang ekonomi, yang mau cuma PT. Kereta Api Indonesia (Persero)," cetusnya.
Selain masalah anggaran, kata Bambang, saat ini merupakan masa transisi dimana pemerintah harus benar-benar menjadi regulator, sementara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) harus benar-benar menjadi operator. Sebelumnya PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memegang dua kewenangan yaitu sebagai regulator sekaligus operator perkeretaapian di Indonesia. "Ini memang massa transisi sehingga masih perlu waktu," tandasnya.
Kedepan, pemerintah tidak akan lagi memberikan hak sepenuhnya kepada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) untuk menyelenggarakan angkutan kereta kelas ekonomi. Untuk itu kedepan akan ada lelang atas rute tertentu angkutan kereta ekonomi yang mendapatkan subsidi langsung dari pemerintah melalui pemberian dana PSO (public service obligation). "Siapa yang beri pelayanan terbaik dengan standar tertentu, itulah yang bisa menjadi operator," jelasnya.
[/spoiler]
"Kita dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sepakat untuk bisa mengangkut 4000 ton perhari, itu setara dengan 100 kontainer. Salah satu yang perlu dibenahi adalah rel R33 yang ada saat ini harus diganti menjadi R54," ujar Customer Service and Logistic PT Tirta Investama, Mochamad Bimo kemarin. Menurut dia, yang perlu difikirkan juga adalah padatnya jalur penumpang kereta dari Bogor ke Jakarta.
Menurut Bimo yang paling menggembirakan dalam proyek ini adalah penggunaan truk bisa dikurangi. "Setiap hari dari pabrik kita ada 200-250 truk yang angkut Aqua berisis penuh, kalau dihitung sama baliknya (galon kosong) itu berarti 400-500 truk perhari. Itu gas buangnya sangat tinggi. Truk-truk itu juga sering terkendala macet, oleh karena itu kita ingin proyek ini segera terwujud," ungkapnya.
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Soesantono mengaku sangat mendukung kerjasama yang dilakukan antara Aqua dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dalam pengangkutan hasil produksi dari Cicurug (Jawa Barat) ke Jakarta. Secara biaya itu lebih ekonomis. "Kalau kita lihat konsumsi bahan bakarnya dengan kereta api itu 0,1 liter/kontainer/kilometer. Tapi kalau pakai truk 0,5 liter/kontainer/kilometer," ujarnya.
Efisiensi itu, menurut Bambang akan membawa dampak beruntun yang besar disemua lini. Dengan menggunakan angkutan kereta, polusi udara akan menurun drastis karena truk lebih polutif 4-5 kali dari kereta. Selain itu, kecelakaan di jalan juga akan menurun. "Kalau jalan lebih awet maka anggarannya bisa dialihkan ke sektor lain yang lebih mendesak," tukasnya.
Bambang mengaku pemerintah memang masih cukup kesulitan mengembangkan rute kereta api karena minimnya anggaran. "Kalau investasi baru oleh swasta bisa lebih cepat, karena captive bisnisnya lebih jelas, seperti untuk mengangkut aluminium, batubara. Tapi kalau harus fikirkan layanan penumpang ekonomi, yang mau cuma PT. Kereta Api Indonesia (Persero)," cetusnya.
Selain masalah anggaran, kata Bambang, saat ini merupakan masa transisi dimana pemerintah harus benar-benar menjadi regulator, sementara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) harus benar-benar menjadi operator. Sebelumnya PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memegang dua kewenangan yaitu sebagai regulator sekaligus operator perkeretaapian di Indonesia. "Ini memang massa transisi sehingga masih perlu waktu," tandasnya.
Kedepan, pemerintah tidak akan lagi memberikan hak sepenuhnya kepada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) untuk menyelenggarakan angkutan kereta kelas ekonomi. Untuk itu kedepan akan ada lelang atas rute tertentu angkutan kereta ekonomi yang mendapatkan subsidi langsung dari pemerintah melalui pemberian dana PSO (public service obligation). "Siapa yang beri pelayanan terbaik dengan standar tertentu, itulah yang bisa menjadi operator," jelasnya.