23-01-2014, 11:25 PM
Salam kenal untuk rf senior semua
Baca-baca trit ini bikin saya ingat waktu saya & keluarga jalan tahun baruan di pangandaran kemarin, yap cerita ini berawal ketika perjalanan menuju pangandaran yg harus ditempuh 10jam dari bekasi dan dalam 10jam berkendara itulah kami ngobrol ngalor ngidul sampai akhirnya ibu saya yang duduk di samping saya bicara bahwa beliau sudah lebih dari 30th baru kembali ke pangandaran, rasa penasaran semakin menjadi ketika saya bertanya naik apa kepangandaranya? dan beliau menjawab naik KA...
Beliau pun mulai bercerita pada saat itu waktu libur sekolah dan tahun baru juga tepatnya th baru 1979 ketika ibu masih duduk di kelas 1 spg (sekolah keguruan setara sma) dengan penuh semangat ibu bercerita bahwa beliau berangkat dari rumahnya di daerah wanaraja-garut selepas sholat subuh bersama saudara-saudara sebayanya...
singkat cerita beliau tiba di st cibatu menunggu kereta ke banjar dan kurang lebih berangkat pukul 07:00 pagi, perjalananpun diceritakan dgn penuh kerinduan karena rf pun pasti tau bagaimana indahnya perjalanan di jalan besi daerah pegunungan itu. Setibanya di st banjar kira2 pukul 13:00 rombongan anak muda 70an itu pun langsung ke loket untuk membeli tiket KA ke pangandaran, sialnya ternyata perjalanan ke pangandaran cuma 1 kali dan itu pun pagi hari saja...
Untungnya tidak hanya badnews yang penjaga loket itu berikan tapi good news juga diberikan sang penjaga loket ketika dia memberitahu bahwa ada kereta barang (mungkin semacam NR) yang membawa benda POS yang memamg rutin ngider membantu pendistribusian PT.Pos indonesia.
Dan akhirnya merekapun naik di salah satu gerbong itu tanpa membeli tiket alias ngambing, tak disangka ternyata banyak juga orang-orang ikutan ngambing entah itu memang ingin berlibur, pulkam, ataupun yang pulang kerja di daerah kota banjar atau ciamis...
Beliau bercerita bahwa jalur banjar-pangandaran begitu indah dengan panoramanya begitu juga hawa sejuk yang cenderung dingin karena memang hari mulai senja. Di setiap stasiun kereta pengangkut kambing ini berhenti selalu ada orang yang naik dan membuat kereta lambat laun menjadi sesak walaupun hanya duduk di gerbong yang tak berkursi itu, ada yang memang sengaja berjualan di gerbong, ataupun memang ingin berjualan di pantai indah pangandaran dan melihat binar dimata ibu, saya tahu bahwa beliau sangat rindu dengan perjalanan itu walaupun dia jauh lebih beruntung dari pada saya yang hanya bisa melihat perlintasan kereta dengan rel sudah tertutup aspal dan pos pjl yang sudah penuh semak belukar yang semakin menyadarkan saya bahwa manusia tak lebih dari mahluk yang tak tau terima kasih walaupun di masa tua dulu kita sangat bergantung pada ular besi itu.
Back to the end of 2013
Singkat cerita Saya bersama istri dan seluruh keluarga yang lainya tiba dengan selamat di pangandaran dan langsung check in di home stay yang memang sudah di book sebelum kami berangkat kemudian langsung istirahat.
Pantai timur pangandaran mulai terang yang berarti hari ini sudah tanggal 31 des 13. Di pagi yang sedikit gerimis itu saya terbangun dan hal pertama yang saya ingat adalah cerita ibu saya yang membuat saya iri hingga terbawa mimpi, berputar sebentar di pantai yang "crowded" mata saya langsung tertuju kearah sepeda yang biasa disewakan warga sekitar, yap tujuan pertama yang terbersit adalah ex st.pangandaran tanpa memberi tahu mantan kemana arah tujuan, kami terus mengayuh sepeda tandem ini yang memang lumayan menyita tenaga dan keringat...
Kurang lebih 20 menit mengayuh sepeda saya dan mantan "yang bukan rf" inipun tiba di stasiun tak terurus dan penuh coretan ga jelas dengan nama yang juga jelas jelas ketidak jelasanya, kalo dipikir kebiasaan ini lebih mirip "maaf" (â€¢ï¸¡ç›Šï¸ â€¢) yang suka kencing sembarangan ketika dia tiba di daerah baru dan meng"claim" bila ini adalah daerahnya. Puas berkeliling melihat-lihat dan foto-foto di bangunan menderita ini kamipun bergegas pulang karena tandem saya juga ga tau apa pentingnya ke tempat yang sudah usang seperti st.pangandaran ini "huuuufffttttt ". sembari pulang tak jauh dari lokasi stasiun saya dan mantan menyempatkan beristirhat dan memesan es kelapa dan di kedai kecil inipun sedikit harapan membucah ketika perbincangan saya dengan ibu pemilik kedai terjadi.
Awalnya tak ada perbincangan berarti yang terjadi hingga si ibu yang kurang lebih berumur 60an tahun ini bertanya "langsung translate ke indonesia"
ibu: lagi cari apa mas? saya menjawab lagi lihat-lihat saja, mungkin ibu ini juga sering atau pernah liat rf lain yang suka foto-foto di stasiun ini... perbincangan pun berlanjut bahwa beberapa minggu lalu juga ada orang-orang dari pt.kai dan pemda yang ngukur-ngukur didaerah dekat stasiun tua tersebut pula dengan membawa kertas besar "mungkin seukuran A0" yang mungkin juga berisi lay out design dan rencana revitalisasi jalur banci ini. Ibu ini juga berkata memang sudah beberapa kali orang-orang itu datang dengan wacana yang sama pada bertahun-tahun sebelumnya walau nyatanya "nothing happens and nothing change" tapi dibalik itu saya sebagai rf yang memang sangat ingin dan berharap bisa merasakan pengalaman orang-orang dulu menikmati keindahan alam di daerah banjar hingga pangandaran atau bahkan cijulang agar mengingat bahwa banyak pribumi yang menjadi korban ketika membangun rute eksotis ini, semoga mereka yang mempunyai wewenang dan kapabilitas merevitalisasi jalur ini benar-benar serius dengan wacana tersebut dan segera mengaktifkan moda transportasi kesayangan masyarakat di masa lalu dan mungkin masa depan ini. Aamiin...
maaf kepanjangan mimin & momod.
Baca-baca trit ini bikin saya ingat waktu saya & keluarga jalan tahun baruan di pangandaran kemarin, yap cerita ini berawal ketika perjalanan menuju pangandaran yg harus ditempuh 10jam dari bekasi dan dalam 10jam berkendara itulah kami ngobrol ngalor ngidul sampai akhirnya ibu saya yang duduk di samping saya bicara bahwa beliau sudah lebih dari 30th baru kembali ke pangandaran, rasa penasaran semakin menjadi ketika saya bertanya naik apa kepangandaranya? dan beliau menjawab naik KA...
Beliau pun mulai bercerita pada saat itu waktu libur sekolah dan tahun baru juga tepatnya th baru 1979 ketika ibu masih duduk di kelas 1 spg (sekolah keguruan setara sma) dengan penuh semangat ibu bercerita bahwa beliau berangkat dari rumahnya di daerah wanaraja-garut selepas sholat subuh bersama saudara-saudara sebayanya...
singkat cerita beliau tiba di st cibatu menunggu kereta ke banjar dan kurang lebih berangkat pukul 07:00 pagi, perjalananpun diceritakan dgn penuh kerinduan karena rf pun pasti tau bagaimana indahnya perjalanan di jalan besi daerah pegunungan itu. Setibanya di st banjar kira2 pukul 13:00 rombongan anak muda 70an itu pun langsung ke loket untuk membeli tiket KA ke pangandaran, sialnya ternyata perjalanan ke pangandaran cuma 1 kali dan itu pun pagi hari saja...
Untungnya tidak hanya badnews yang penjaga loket itu berikan tapi good news juga diberikan sang penjaga loket ketika dia memberitahu bahwa ada kereta barang (mungkin semacam NR) yang membawa benda POS yang memamg rutin ngider membantu pendistribusian PT.Pos indonesia.
Dan akhirnya merekapun naik di salah satu gerbong itu tanpa membeli tiket alias ngambing, tak disangka ternyata banyak juga orang-orang ikutan ngambing entah itu memang ingin berlibur, pulkam, ataupun yang pulang kerja di daerah kota banjar atau ciamis...
Beliau bercerita bahwa jalur banjar-pangandaran begitu indah dengan panoramanya begitu juga hawa sejuk yang cenderung dingin karena memang hari mulai senja. Di setiap stasiun kereta pengangkut kambing ini berhenti selalu ada orang yang naik dan membuat kereta lambat laun menjadi sesak walaupun hanya duduk di gerbong yang tak berkursi itu, ada yang memang sengaja berjualan di gerbong, ataupun memang ingin berjualan di pantai indah pangandaran dan melihat binar dimata ibu, saya tahu bahwa beliau sangat rindu dengan perjalanan itu walaupun dia jauh lebih beruntung dari pada saya yang hanya bisa melihat perlintasan kereta dengan rel sudah tertutup aspal dan pos pjl yang sudah penuh semak belukar yang semakin menyadarkan saya bahwa manusia tak lebih dari mahluk yang tak tau terima kasih walaupun di masa tua dulu kita sangat bergantung pada ular besi itu.
Back to the end of 2013
Singkat cerita Saya bersama istri dan seluruh keluarga yang lainya tiba dengan selamat di pangandaran dan langsung check in di home stay yang memang sudah di book sebelum kami berangkat kemudian langsung istirahat.
Pantai timur pangandaran mulai terang yang berarti hari ini sudah tanggal 31 des 13. Di pagi yang sedikit gerimis itu saya terbangun dan hal pertama yang saya ingat adalah cerita ibu saya yang membuat saya iri hingga terbawa mimpi, berputar sebentar di pantai yang "crowded" mata saya langsung tertuju kearah sepeda yang biasa disewakan warga sekitar, yap tujuan pertama yang terbersit adalah ex st.pangandaran tanpa memberi tahu mantan kemana arah tujuan, kami terus mengayuh sepeda tandem ini yang memang lumayan menyita tenaga dan keringat...
Kurang lebih 20 menit mengayuh sepeda saya dan mantan "yang bukan rf" inipun tiba di stasiun tak terurus dan penuh coretan ga jelas dengan nama yang juga jelas jelas ketidak jelasanya, kalo dipikir kebiasaan ini lebih mirip "maaf" (â€¢ï¸¡ç›Šï¸ â€¢) yang suka kencing sembarangan ketika dia tiba di daerah baru dan meng"claim" bila ini adalah daerahnya. Puas berkeliling melihat-lihat dan foto-foto di bangunan menderita ini kamipun bergegas pulang karena tandem saya juga ga tau apa pentingnya ke tempat yang sudah usang seperti st.pangandaran ini "huuuufffttttt ". sembari pulang tak jauh dari lokasi stasiun saya dan mantan menyempatkan beristirhat dan memesan es kelapa dan di kedai kecil inipun sedikit harapan membucah ketika perbincangan saya dengan ibu pemilik kedai terjadi.
Awalnya tak ada perbincangan berarti yang terjadi hingga si ibu yang kurang lebih berumur 60an tahun ini bertanya "langsung translate ke indonesia"
ibu: lagi cari apa mas? saya menjawab lagi lihat-lihat saja, mungkin ibu ini juga sering atau pernah liat rf lain yang suka foto-foto di stasiun ini... perbincangan pun berlanjut bahwa beberapa minggu lalu juga ada orang-orang dari pt.kai dan pemda yang ngukur-ngukur didaerah dekat stasiun tua tersebut pula dengan membawa kertas besar "mungkin seukuran A0" yang mungkin juga berisi lay out design dan rencana revitalisasi jalur banci ini. Ibu ini juga berkata memang sudah beberapa kali orang-orang itu datang dengan wacana yang sama pada bertahun-tahun sebelumnya walau nyatanya "nothing happens and nothing change" tapi dibalik itu saya sebagai rf yang memang sangat ingin dan berharap bisa merasakan pengalaman orang-orang dulu menikmati keindahan alam di daerah banjar hingga pangandaran atau bahkan cijulang agar mengingat bahwa banyak pribumi yang menjadi korban ketika membangun rute eksotis ini, semoga mereka yang mempunyai wewenang dan kapabilitas merevitalisasi jalur ini benar-benar serius dengan wacana tersebut dan segera mengaktifkan moda transportasi kesayangan masyarakat di masa lalu dan mungkin masa depan ini. Aamiin...
maaf kepanjangan mimin & momod.