14-03-2010, 06:34 AM
Kalau diboyong ke LN, saya yakin pasti nasibnya lebih baik. Jika tidak direvitalisasi sebagai angkutan wisata, loko mungkin dipasang di museum atau sebagai alat peraga Museum Studies maupun arkeologi industri. Jika diboyong oleh pebisnis Indonesia, nasib loko jadi mengenaskan karena bisa dirucat jadi bagian dari mesin pembuat tahu atau dikilokan jadi besi tua
Saya punya kenangan dengan loko uap PG Gending karena dulu biasa mencegat kedatangannya di Sumber Kareng, Probolinggo. Omong-omong, untuk Mallet punya Krebet Baru diboyong di Australia bagian mana? Adakah link penjelasan untuk hal ini? Saya penasaran
Salam Spoor,