Thread Rating:
  • 0 Vote(s) - 0 Average
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
Surat Terbuka untuk yang Bertugas
#1
Kepada yang terhormat,

Para petugas Kereta Api, PPKA, Kepala Stasiun, JPJ, PJL, Polsuska dan Keamanan Kereta Api, Masinis, Assisten Masinis, Kondektur, Prami, Prama, dan petugas lainnya.

Kami, Moderator dan member semboyan35.com mengucapkan :
Terima kasih dan Selamat Bertugas untuk semua petugas Kereta Api yang karena tugas dan tanggungjawabnya selama Musim Arus Mudik dan Balik Lebaran 2009, harus meninggalkan keluarganya untuk melayani dan menjamin kenyamanan dan keamanan para penumpang arus balik dan mudik Lebaran.

Tiada hal yang nyata yang dapat kami berikan untuk dapat mengembalikan semua peluh, jerih payah dan keletihan beban pekerjaan yang akan dan telah diemban dalam menjamin dan melayani seluruh perjalanan Kereta Api dengan aman dan nyaman.

Semoga dedikasi Saudara sekalian mendapatkan pahala yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Sekali lagi kami mengucapkan
SELAMAT BERTUGAS
DAN SELAMAT IDUL FITRI 1430 H

untuk semua jajaran pegawai Kereta Api di lapangan.


NB : Mohon maaf karena baru H-3 ini kami dapat mengucapkannya.
Reply
#2
salut buat para petugas kereta api yang dengan rela mengorbankan lebaran tidak bersama dengan keluarga, hanya untuk mengantarkan sebagian besar rakyat di pulau jawa berkumpul bersama di lebaran kali ini.
Reply
#3

surat ini HANYA di muat di sini atau di sampaikan lewat surat langsung ke beliau-beliau???
Bingung

Reply
#4
Baru dimuat di sini Kang Asep...

Kalo Kang Asep berniat menyampaikan langsung kepada mereka yang bertugas, saya sangat terbantu sekali...

Trims.
Reply
#5

wek?????
Playboy

Reply
#6
liat di RCTI ada masinis (CC-203-26 ???)harus & rela meninggalkan keluarga demi bisa mengantarkan pemudik
Fanboys are people who are willing to defend and promote the object of their affection. They are rarely objective and disregard facts that contradict their opinions.
BB: 55FFFBE5
Reply
#7
saya sangat salut pada para petugas yang merelakan kumpul dengan para keluarga di kampung halaman demi menggantarkan para penumpang di arus mudik dan arus balik.




Reply
#8
betul salut Para petugas Kereta Api, PPKA, Kepala Stasiun, JPJ, PJL, Polsuska dan Keamanan Kereta Api, Masinis, Assisten Masinis, Kondektur, Prami, Prama, dan petugas lainnya. Lebaran mereka masih tetap menjalankan tugasnya Xie Xie
My web site :
Reply
#9
emg sudah jadi kewajiban mereka.
kl ditanya "mau kumpul bareng keluarga di kampung?"
pasti jawabnya "mau"
Keep Fighting Never Give
Reply
#10
Quote:Kepala Stasiun Besar Gubeng Setiono di Tengah Arus Mudik-Balik Lebaran

Kereta api (KA) Penataran jurusan Blitar bersiap meninggalkan Stasiun Gubeng Rabu siang, 15 September. Pada H+5 Lebaran itu, penumpang KA masih tetap padat. Sambil menggenggam handy talky (HT), Setiono berjalan di sekitar peron.

Dia melihat seorang calon penumpang KA berjalan ke arah jalur pemberangkatan, jemarinya menjepit sebatang rokok. "Mas, dilarang merokok di stasiun," tegur Setiono. Penumpang tersebut buru-buru mematikan rokoknya, lalu membuang puntungnya di tempat sampah.

Menjaga kebersihan stasiun merupakan salah satu komitmen Setiono demi kenyamanan penumpang. Dia tak mau stasiun identik dengan tempat kumuh, kotor, dan bau pesing. Karena itu, bapak tiga anak tersebut sering kali menegur langsung calon penumpang yang tak mengindahkan peraturan.

"Saat arus mudik dan arus balik ini, tak terhitung calon penumpang yang saya tegur soal merokok tidak pada tempatnya," papar dia. "Padahal, telah kami siapkan area merokok di peron paling utara," lanjut pria yang hobi memancing itu.

Bisa dibilang, Setiono merupakan salah seorang "panitia" Lebaran. Dia harus ikut mengatur warga yang hendak berlebaran maupun setelah merayakan Lebaran. Sementara dia sendiri tak bisa berlebaran. "Saya hanya salat Id di rumah. Yah, di rumah cuma setengah hari," ungkap pria yang tinggal di Jalan Sungkono, Pogar, Bangil, Pasuruan, itu.

Sebab, sejak H-10 sampai H+10 Lebaran, pria berkumis tebal tersebut tinggal di stasiun. Dia bertanggung jawab penuh atas kenyamanan dan keselamatan penumpang yang naik dan turun di Stasiun Gubeng. Jumlah penumpang yang tak mudah diprediksi mengharuskan Setiono bertindak cepat dan tepat.

Misalnya, pada hari kedua Lebaran, terjadi penumpukan penumpang -jurusan Malang, Blitar, dan sekitarnya- pada pagi hari. Satu rangkaian KA tak cukup untuk menampung penumpang. Maka, Setiono yang baru pindah ke Gubeng pada 1 Juli lalu memutuskan untuk mengoperasikan KLB (kereta luar biasa). "Cuma sekali berangkat, delapan kereta," katanya. Hari itu, tercatat 8.263 penumpang yang berangkat dari Gubeng.

Sehari kemudian penumpang lebih padat, 10.608 orang. Namun, pihaknya tak sampai mengoperasikan kereta tambahan. Sebab, "Jumlah itu merata di tiap jam keberangkatan," terang Setiono.

Semua pegawai stasiun memang disiagakan pada musim arus mudik dan balik Lebaran. Namun, hanya Setiono yang menginap di kantor selama 20 hari. Sampai hari ini dia belum pulang ke rumahnya. Sedangkan pegawai lain bekerja ekstra berdasar sistem sif.

Mereka tak hanya nongkrong di kantor, tapi juga mondar-mandir memantau situasi stasiun. "Melihat berapa jumlah penumpang, memperhatikan keamanan penumpang. Khawatir kalau ada yang tertabrak kereta," ucap Setiono yang sebelumnya tugas di Stasiun Pasar Turi.

Sedangkan soal keamanan, relatif tak ada masalah. Ada posko kepolisian di Stasiun Gubeng Baru dan satu pos keamanan di Stasiun Gubeng Lama. Pasukan pengaman itu terdiri atas 12 personel Brimob, 10 personel dari koramil, 4 personel Pomal, dan 12 personel keamanan Stasiun Gubeng.

Meski begitu, Setiono tetap mengimbau para calon pemudik agar waspada di perjalanan. Tak perlu mengenakan perhiasan berlebihan dan jangan menerima makanan atau minuman dari orang yang tak dikenal. "Kami sarankan tidak membawa barang terlalu banyak karena bisa mengganggu orang lain," tuturnya.

Pria kelahiran Sidoarjo, 26 April 1962, itu menyadari bahwa tugasnya memerlukan pengorbanan. Terutama berkorban tidak bertemu anggota keluarga selama Lebaran. Untung, istri dan tiga anaknya penuh pengertian. Anak-anaknya memang sudah cukup dewasa.

Si sulung, Retno Kusuma Dewi, 21, kuliah di Jurusan Hukum Universitas Jember. Bagus Aji Santosa, 19, kuliah di Jurusan Elektro Politeknik Negeri Malang dan Tri Indra Purwanti, 17, sekolah di SMA Yadika Bangil Pasuruan. "Anak-anak cukup mengerti dengan pekerjaan bapak," kata Isnani, istri Setiono, yang berkunjung ke stasiun.

Dia tahu risiko pekerjaan suaminya. "Ini kan memang tugas suami. Ya harus mengerti dan keluarga jelas mendukung," lanjutnya. Untuk meringankan kangen, biasanya Setiono menelepon keluarganya. "Kalau sedang tidak repot, bapak telepon tanya kabar. Tapi, kadang seminggu tak ngasih kabar," ungkap Isnani.

Tak hanya Isnani yang harus mengalah. Kadang Bagus juga menemui ayahnya di stasiun sambil mengantarkan pakaian ganti. "Bagus itu pendiam. Kalau Retno biasanya ngajak makan untuk melepas kangen. Dia sering bilang, ayah itu tua di jalan," papar pria 48 tahun tersebut.

Dalam mendidik anak-anaknya, Setiono tak pernah mengarahkan. "Saya hanya bilang kepada mereka, kalian harus pintar saja. Saya akan biayai sampai dapat," katanya.

Stasiun KA, bagi Setiono, sudah menjadi rumah kedua. Sudah 27 tahun dia bekerja di lingkungan KA. Setiono memulai karir sebagai tukang pembersih wesel (konstruksi rel bercabang untuk memindahkan arah kereta), lalu menjadi pembersih lampu wesel dan sinyal selama sebulan.

Karirnya terus naik sampai menjabat kepala stasiun. Sebelum menjabat kepala Stasiun Gubeng, dia menjadi kepala Stasiun Pasar Turi, Stasiun Kota Baru, Malang, dan Stasiun Tanggulangin, Sidoarjo. "Kalau sudah senang menjalani pekerjaan, seberat apa pun pekerjaan itu pasti akan terasa ringan," tuturnya. "Kerja itu yang penting seneng dulu," tambahnya.

Pria ramah tersebut berjalan keluar posko di terminal Stasiun Gubeng Lama menuju peron. Mengecek situasi lagi. Sesekali dia mengontak pegawai dari HT-nya, menegur calon penumpang yang merokok atau membuang sampah sembarangan.



Salut buat beliau..Xie Xie

Reply


Forum Jump:


Users browsing this thread: 1 Guest(s)