20-02-2013, 04:22 PM
Tepatnya di sebelah selatan Sta. Gambir di antara pintu kereta pertama dan Rumah Sinyal tepatnya di bawah pohon talok nan rindang yang menaungi lapak tempat makan gorengan dan warung kopi tersebut. Kala itu Sta. Gambir masih belum stasiun layang, jadi kereta api masih berlalu lalang di permukaan tanah. Sesungguhnya daerah itu harusnya steril, tidak di ketahui bagaimana warung kopi tsb bisa eksis di situ, yang jelas bagi saya adalah sebuah pengalaman unik bersantap nikmat dan murah. Menu utamanya adalah : aneka gorengan (tahu, tempe, ubi, sukun, dll) plus minuman hangat (kopi, jeruk, teh) tapi menyediakan juga es. Dan yang paling berkesan adalah soal rasa, karena hingga saat ini saya masih terngiang2 rasanya yang khas. Beberapa kali saya mengadakan riset bumbu khusus untuk mencoba membuat gorengan yang bercita rasa mirip., tapi selalu gagal bahkan kala itu ibu saya yang jago masak sekalipun belum pernah berhasil meracik bumbu super special tersebut. Kemungkinan besar adonan tepung untuk gorengan harus dibuat dengan debu kereta api yang melintas (sebuah opini yang putus asa ?). Bagi para RF yang pernah tinggal di daerah tersebut mungkin lebih tahu banyak, dan juga RF yang pernah bersekolah di daerah Gambir (dulu banyak sekolahan a.l SMA 7, SMA 4, SMP 35, SMEA jalan Batu dll) mungkin banyak yang pernah mencicipinya (terutama cowok2). Apalagi yang sudah mulai merokok pasti suka nongkrong di situ dengan membeli secara ngeteng pada tukang rokok yang berpostur kurus dan tua berkaos singlet yang stand by bertandem dgn warkop. Itulah sedikit kenangan saya berkuliner di sana. Sejak 1990an awal sudah tidak ada entah di mana. Ibu saya yang sudah pikun minta oleh2 gorengan tersebut dia tidak lupa oleh kehebatan rasanya dan tentu saja saya replacement dgn yang lain.