Semboyan35 Indonesian Railfans

Full Version: Tanjungsari-Jatinangor
You're currently viewing a stripped down version of our content. View the full version with proper formatting.
Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Jumat, 31 Agustus selang sehari setelah menyusuri bekas jalur KA di Bandung Selatan, Saya dan Mas Pura kembali melakukan trekking. kali ini kami cuma berdua dan rute yang dipilih ialah bekas jalur KA Tanjungsari-Jatinangor. Kami berangkat pukul 10.00 WIB dengan mengunakan sepeda motor. Tiba di Tanjungsari pukul 11.00 WIB.
Setelah memarkirkan motor di Masjid Alun-alun Tanjungsari, kami bergegas menuju ke sebuat jembatan jalan raya yang dibawahnya kami curigai sebagai bekas jalur KA. Kami cuma melihat-lihat saja karena waktu sudah tidak memungkinkan, sebentar lagi harus menunaikan Sholat Jumat terlebih dahulu. Selesai sholat, kami pergi ke Sumedang dulu karena ada urusan yang sangat penting yang tidak bisa di tunda-tunda lagi.
Setelah urusan di Sumedang selesai, kami kembali ke Tanjungsari untuk mencari bekas Stasiun Tanjungsari. Dari jalan raya depan alun-alun Tanjungsari, kami belok ke kiri (arah dari Sumedang) kami masuk ke sebuah menyusuri jalan desa. Karena tak kunjung ditemukan, Akhirnya Mas Pura bertanya kepada seorang bapak dimana letak bekas stasiun tersebut dan sayapun juga menanyakannya kepada Mas Intrias lewat hp.
Kata Mas Intrias, jika kami meneruskan melewati jalan desa tersebut kami akan sampai ke ujung bekas jalur KA yakni Tunggul Hideung (Tugu Hitam) tapi karena waktu sudah sore dan juga motor nggak bisa ke sana karena tunggul hideung berada di areal persawahan, akhirnya fokus kami sekarang adalah mencari bekas Stasiun Tanjungsari.
Begitu tiba, kami merasa tidak yakin bahwa itu bekas Stasiun Tanjungsari karena tidak terlihat bekas bangunan jaman dulu. Bangunan tersebut sekarang tampak kayak bangunan rumah atau kantor pada umumnya, tak tampak bahwa bangunan tersebut dulunya adalah bekas stasiun.
Setelah berputar-putar, akhirnya kami menemukan bukti otentik yakni plang nama bekas Stasiun Tanjungsari yakni "Tandjoengsari 855 m". Kami sempat telpon-telponan lagi sama Mas Intrias. Sekarang bekas stasiun tersebut menjadi kantor Pepabri dan alamat/nama jalan tersebut adalah nama perusahaan KA jaman Belanda dulu yakni Jalan "SS". Ternyata keadaan stasiun ini sudah berbeda jauh dengan apa yang digambarkan oleh Mas Intrias.
Sesudah kami mengabdikannya, kami mencoba menyusuri bekas jalur KA yang ke arah Jatinangor. Tampak bekas jalur KA tersebut kini sudah diaspal, makin kesana lama-lama jalan tersebut berganti kontur, dari aspal trus ke cor-coran dan akhirnya menjadi gundukan tanah yang menyerupai tanggul atau cerukan di tengah-tengah hamparan sawah, makin ketara bahwa memang dulunya jalan ini adalah bekas jalur KA.
Setelah kami sempat mengabadikannya, kami bergegas menuju bekas Jembatan Cikuda. Bangunan jembatan yang terdiri dari susunan batubata tersebut tampak berdiri dengan kokohnya. Sayangnya besi-besi disamping jembatan yang dulunya bekas tiang telegrap sudah pada hilang dicuri orang. Menurut Mas Intrias antara jembatan Cikuda-Tanjungsari masih terdapat satu jembatan lagi yang tinggi dan besarnya hampir sama dengan jembatan Cikuda, bahkan besi-besi buat orang berhenti di tengah rel jika KA akan lewat masih ada. Kami berfoto di jembatan Cikuda ini dari berbagai sudut. Setelah puas, pukul 17.00 WIB kami pulang.
Di sepanjang jalan raya kami melihat bekas jalur KA Jatinangor-Tanjungsari kini sudah menjadi rumah penduduk, bahkan yang bekas halte Cikeruh sekarang jadi kantor Polsek Cikeruh. Dulunya Jatinangor bernama Cikeruh jadi kalau kita mau nyari Halte Jatinangor tidak akan ketemu karena memang daerah-daerah di sepanjang jalur KA Rancaekek bernama Cibesi, Cikeruh, Cikuda dst.
Akhirnya kami tiba di ujung rel yang melintas di dekat kampus Ikopin. Sebenarnya rel KA tidak melintas di bawah jalan raya, akan tetapi melintas biasa bersilangan dengan jalan raya. Jika diamati tampak bekas gang yang membelok dari Jatinangor arah Rancaekek. Hanya mungkin jalan raya yang mengalami peninggian.

[spoiler]
Persilangan dengan jalan raya (dulu ndak gini)
semboyan35.com

Image hosted by kapanlagi.com

arah ke Tanjungsari
semboyan35.com

Image hosted by kapanlagi.com

arah ke Jatinangor
semboyan35.com

Image hosted by kapanlagi.com

arah ke Tanjungsari
semboyan35.com

Image hosted by kapanlagi.com

[/spoiler]
kang jembatan cikuda ada fotonya?
[spoiler]
Bekas nama stasiun yang terbuat dari seng
semboyan35.com

Image hosted by kapanlagi.com

Bekas stasiun Tanjungsari dari depan
semboyan35.com

Image hosted by kapanlagi.com

tampak samping yang sekarang mepet sama rumah penduduk
semboyan35.com

Image hosted by kapanlagi.com

[/spoiler]
[spoiler]
arah ke Jatinangor
semboyan35.com

Image hosted by kapanlagi.com

arah ke Tanjungsari
semboyan35.com

Image hosted by kapanlagi.com

tampak samping
semboyan35.com

Image hosted by kapanlagi.com

disinari mentari senja
semboyan35.com

Image hosted by kapanlagi.com

menjelang magrib
semboyan35.com

Image hosted by kapanlagi.com

[/spoiler]
jembatan cikuda itu teh dr kampus unpad jatinangor sebelah mananya?????
klo g salah jembatan cikuda sebelah timur unpad jtnangor, klo dr Fikom kelihatan koq. buat kang asep, nuhun fotonya.
^ makasih........
Quote:> Metro Bandung
Senin , 20 Oktober 2008 ,
Ke Jatinangor Bisa Naik KA
• Pembangunan Rel Ditarget Selesai 2010
R Oktora Veriawan

RANCABALI, TRIBUN - Pemprov Jabar bersama dengan Departemen Perhubungan akan mengaktifkan kembali jalur kereta api Bandung-Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari. Pembangunan rel ini dan beberapa jalur lokal lainnya, seperti Bogor-Sukabumi dan Sukabumi-Cianjur, ditargetkan selesai tahun 2010.

Dengan adanya jalur KA ini, mahasiswa asal Bandung yang berkuliah di Kawasan Pendidikan Tinggi (KPT) Jatinangor memiliki transportasi alternatif dan murah meriah, yaitu kereta api, untuk mencapai kampus. “Kami menargetkan tahun 2010 pembangunan jalur kereta api Bandung-Rancaekek-

Jatinangor akan selesai sehingga nantinya ada sarana transportasi alternatif bagi warga Jatinangor dan mahasiswa yang kuliah di sana,” jelas Gubernur Jabar Ahmad Heryawan saat kunjungan kerjanya di Pabrik Teh Walini PTPN VIII Rancabali, Sabtu (18/10).

Heryawan mengungkapkan, dibukanya tiga jalur kereta itu termasuk dalam program pemekaran bidang transportasi di wilayah Jawa Barat. Jalur Sukabumi-Bogor sendiri sedang dalam perbaikan. Direncanakan, peresmian jalur ini akan dilakukan pada November. Begitu jalur Sukabumi-Bogor rampung, akan disusul dengan Sukabumi-Cianjur.

Jalur Sukabumi-Cianjur terakhir aktif pada awal 2006. Jalur itu terpaksa ditutup karena sering terjadi longsor lantaran berada di tanah yang labil. “Tanahnya bergerak dan longsor terus,” katanya.

Perbaikan jalur Sukabumi-Cianjur memakan biaya Rp 80 miliar. Perbaikan terberat adalah menstabilkan sejumlah titik selepas terowongan Lampegan yang rawan longsor. Terowongan ini sempat tertutup tanah dan sudah selesai diperbaiki. “Begitu (jalur) ini dibuka, kereta Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung akan dihidupkan lagi. Target kami, akhir tahun depan tersambung lagi,” ujarnya.

Adapun pengerjaan jalur Bandung-Rancaekek-Jatinangor dimulai dengan tahap pertama, yaitu membersihkan jalur kereta yang diserobot warga. Rute ini dibuka atas pertimbangan potensi pasar mengingat di kawasan ini banyak sekali kampus. Sementara itu, jalan raya menuju Jatinangor dikenal padat.

Untuk Jatinangor, lanjut Heryawan, perlu dilakukan pembicaraan dengan pemerintah daerah terlebih dahulu. Karena menyangkut warga yang menduduki lahan yang dilalui jalur tersebut sehingga membutuhkan bantuan dari pemda untuk membebaskan jalur rel dari penguasan warga yang telah beberapa tahun mendudukinya.

Kepala Humas PT KA Daop 2 Bandung, Mateta Rizalulhaq, beberapa waktu lalu mengakui pihaknya telah mengecek dan mengukur jalur itu, tapi sudah dipenuhi oleh rumah-rumah penduduk. “Hanya sebagian kecil yang kosong. Sisanya sudah dipakai jadi rumah dan bangunan kos-kosan. Namun lahan itu statusnya masih milik PTKA,” kata Mateta. (tor)

Dihentikan Tahun 1978
* Jarak Rancaekek-Jatinangor sepanjang 4,8 km, sedangkan jarak hingga Tanjungsari 10 km
* Jalur rel KA buatan Belanda terbentang hingga Stasiun Tanjungsari
* Operasional jalur KA Rancaekek-Tanjungsari dihentikan pada tahun 1978
* Saat ini jalur KA itu sudah dipadati rumah dan permukiman

Jalur Peninggalan Belanda
* Tahap pertama pengerjaan jalur Bandung-Rancaekek-Jatinangor: membersihkan jalur kereta yang diserobot warga.
* Rute ini dibuka atas pertimbangan potensi pasar mengingat kawasan ini banyak sekali kampus.
* Jalur KA Jatinangor nantinya akan memotong jalur kereta api Bandung-Cicalengka tepatnya di wilayah Rancaekek.
* Dari Rancaekek rel kereta api yang dibutuhkan hingga Jatinangor yaitu sepanjang 4,83 km
* Jalur Bandung-Tanjungsari merupakan rel KA peninggalan Belanda
* Daerah yang terkenal di lintasan ini adalah Jembatan Cingcin di daerah Cikuda Jatinangor
* Pembangunan jalur ini ditargetkan selesai pada 2010

Quote:> Metro Bandung
Senin , 20 Oktober 2008 ,
Stasiun Tanjungsari Masih Berdiri
Machmud Mubarok, ant

JALUR kereta api Bandung-Rancaekek-Jatinangor-Tanjungsari dibangun pada tahun 1918 oleh Staat Spoorwegen (SS), perusahaan kereta api Kerajaan Belanda. Jalur itu digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan di daerah Jatinangor dan sekitarnya. Sejak pertengahan abad ke-19, Jatinangor dikenal sebagai daerah perkebunan karet, sedangkan Tanjungsari terkenal sebagai daerah penghasil teh dan tembakau.

Namun jalur KA ini hanya bertahan 60 tahun. Tahun 1978, Djawatan Kereta Api menghentikan operasional jalur KA ini. Semenjak itu, jalur ini ibarat jalur KA hantu. Tak pernah ada lagi KA yang melalui jembatan Cingcin di Cikuda, Jatinangor.

Rencana PT KA yang didukung Pemprov Jabar untuk mengoperasikan kembali jalur ini bukanlah hal yang gampang. Di sepanjang jalur KA ini telah berdiri ribuan rumah dan permukiman penduduk. Untuk membebaskan lahan tentu dibutuhkan biaya sangat besar.

Tak hanya itu, rel KA pun sudah banyak yang hilang. Apabila dioperasikan lagi, semua rel harus diganti karena ukurannya kecil, bukan lagi ukuran standar rel saat ini.

Dari bentangan rel KA sepanjang 10 km antara Rancaekek dan Tanjungsari itu, ada dua monumen yang masih berdiri tegak. Pertama adalah jembatan KA Cingcin di Cikuda, Jatinangor. Jembatan yang menjulang tinggi hampir 50 meter itu menjadi penghubung di antara dua lembah. Di sore hari, jembatan lama dengan konstruksi bata merah ini menjadi tempat pertemuan para sejoli yang memadu kasih.

Monumen kedua adalah Stasiun KA Tanjungsari. Hingga kini, bangunan itu masih berdiri dan dipakai kantor Pepabri. Tulisan Stasiun Tanjungsari pun masih tertera di dinding bangunan. Sebagian bangunan dipakai kantor Pepabri dan sebagian lagi dijadikan gudang teh. (ant/mac)
Mupeng Banget

ada pic jalur nya????

kalo mao menghemat sih, yang dihidupkan dari Rancaekek - Tanjungsari ajah...
jalur Bandung - Rancaekek bisa ikut jalur KA yg sekarang beroperasi...
Pages: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15